RASA SYUKUR MEMILIKI ANAK
RASA SYUKUR MEMILIKI ANAK
Anak adalah anugerah dari Allah Yang Maha Pemberi. Tidak semua mereka yang telah berkeluarga memiliki anak. Hal ini berarti, anak adalah pemberian yang patut disyukuri. Paradigma ini (bersyukur memperoleh anak) merupakan titik tolak utama kita untuk memulai pendidikan mereka. Orang yang bersyukur lebih mudah mendidik anak dibanding mereka yang merasa bahwa memiliki anak hanyalah sebuah beban.
Betapa banyak kita perhatikan keluarga yang memiliki anak namun tak mampu memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Karena ketidakmampuan ini, anak-anak mereka lebih sering diajak bermain oleh si smartphone, dinasehati oleh si youtube, dipeluk oleh si boneka dan dibimbing oleh si sinetron antah berantah. Hal ini terjadi karena dalam mindset orang tua bahwa anak adalah urusan kedua setelah pekerjaan.
Paradigma keliru ini sudah mesti berganti. Anak adalah pemberian Tuhan. Mereka bukan mesin, bukan pula benda yang dapat diserahterimakan begitu saja kepada smartphone, youtube, boneka atau sinetron. Mereka mesti mendapatkan sentuhan, pelukan, kata-kata, ajakan, diskusi, tukar pendapat, cerita dan ataupun dongeng dari Ayah Bundanya. Sebab Ayah Bundanya lah yang terdekat dengan mereka semenjak mereka lahir.Maka tidaklah mengherankan bila leluhur kita berkata : “Madrasah pertama anak adalah ibunya, lalu ayahnya, kemudian keluarganya, setelah itu masyarakat sekitarnya.”
Ayah Ibu sebagai sekolah pertama. Dalam pengelolaan sekolah ini tentunya dituntut rasa syukur yang begitu dalam. Rasa berterima kasih kepada Allah bahwa anak adalah karunia. Lihatlah Ibrahim yang memuji Tuhan atas karunia anak yang ia peroleh [QS. 14:39]. Ini merupakan starting point kita bila ingin berlari cepat di jalur pendidikan. Tanpa syukur ini, jangan harap anak bisa merasakan pendidikan lebih baik.